Salah satu tipe reaksi kimia yang berlaku sebagai dasar
penentuan titrimetrik melibatkan pembentukan (formasi) kompleks atau ion
kompleks yang larut namun sedikit terdisosiasi. Kompleks yang dimaksud di sini
adalah kompleks yang dibentuk melalui reaksi ion logam, sebuah kation, dengan
sebuah anion atau molekul netral. Titrasi kompleksometri merupakan titrasi
berdasarkan pembentukan persenyawaan kompleks (ion kompleks atau garam yang
sukar mengion), Kompleksometri merupakan jenis titrasi dimana titran dan titrat
saling mengkompleks, membentuk hasil berupa kompleks. Kompleksometri juga
dikenal sebagai titrasi kelatometri, seperti yang menyangkut penggunaan EDTA.
Asam
etilen diamin tetra asetat atau yang lebih dikenal dengan EDTA, merupakan salah
satu jenis asam amina polikarboksilat. EDTA sebenarnya adalah ligan seksidentat
yang dapat berkoordinasi dengan suatu ion logam lewat kedua nitrogen dan
keempat gugus karboksil-nya atau disebut ligan multidentat yang mengandung
lebih dari dua atom koordinasi per molekul, misalnya asam
1,2-diaminoetanatetraasetat (asam etilena diamina tetra asetat, EDTA) yang mempunyai
dua atom nitrogen – penyumbang dan empat atom oksigen penyumbang dalam molekul.
Suatu EDTA dapat membentuk senyawa kompleks yang mantap dengan sejumlah besar
ion logam sehingga EDTA merupakan ligan yang tidak selektif. Dalam larutan yang
agak asam, dapat terjadi protonasi parsial EDTA tanpa pematahan sempurna
kompleks logam, yang menghasilkan spesies seperti CuHY-. Ternyata bila beberapa ion logam yang ada dalam larutan
tersebut dititrasi dengan EDTA akan menunjukkan jumlah semua ion logam yang ada
dalam larutan tersebut.
Titrasi
dapat ditentukan dengan adanya penambahan indikator yang berguna sebagai tanda
tercapai titik akhir titrasi. Ada lima syarat suatu indikator ion logam dapat
digunakan pada pendeteksian visual dari titik-titik akhir yaitu reaksi warna
harus sedemikian sehingga sebelum titik akhir, bila hampir semua ion logam
telah berkompleks dengan EDTA, larutan akan berwarna kuat. Kedua, reaksi warna
itu haruslah spesifik (khusus), atau sedikitnya selektif. Ketiga,
kompleks-indikator logam itu harus memiliki kestabilan yang cukup, kalau tidak,
karena disosiasi, tak akan diperoleh perubahan warna yang tajam. Namun,
kompleks-indikator logam itu harus kurang stabil dibanding kompleks logam-EDTA
untuk menjamin agar pada titik akhir, EDTA memindahkan ion-ion logam dari
kompleks-indikator logam ke kompleks logam-EDTA harus tajam dan cepat. Kelima, kontras warna antara
indikator bebas dan kompleks-indikator logam harus sedemikian sehingga mudah
diamati. Indikator harus sangat peka terhadap ion logam (yaitu, terhadap pM)
sehingga perubahan warna terjadi sedikit mungkin dengan titik ekuivalen.
Indikator yang digunakan dalam titrasi ini adalah
indikator EBT (Eriochrome Black T).
Kelat logam terbentuk dengan molekul EBT dengan kehilangan ion hidrogen dari
gugus –OH fenolik dan pembentukan ikatan antara ion logam dan baik atom-atom
oksigen maupun gugus azo. Molekulnya biasanya dinyatakan dalam bentuk singkatan
sebagai asam tribasik H3In. Kebanyakan titrasi EDTA dilakukan dalam
buffer dengan pH 8 sampai 10, yaitu batas jangkau indikator EBT (Eriochrome Black T) dengan brntuk HIn2-
yang berada dalam jumlah terbanyak. Reaksi yang menyebabkan perubahan warna
dapat dituliskan:
MIn- + HY3- Û
MY2- + HIn2-
Merah Biru
Agar perubahan warna
terjadi pada harga pM yang sesuai maka stabilitas kompleks MIn-
harus lebih kecil dari stabilitas MY2- sehingga logam melepaskan
indikator apabila hanya sedikit berlebihan EDTA ditambahkan.
Air yang mengandung ion Ca2+,
Mg2+, dan atau Fe3+/Fe2+ dikenal sebagai air
sadah tetap. Sedangkan air yang mengandung ion HCO3-
disebut air sadah sementara. Kerugian air sadah adalah mengganggu pembentukan
busa sabun karena terbentuk endapan dengan ion stearat yang ada dalam sabun.
Ca2+ + 2 C17H35COO- → Ca(C17H35COO)2
Sedang kesadahan sementara
dapat dihilangkan dengan pendidihan sehingga air tidak mengandung ion Ca2+
lagi karena terbentuk endapan.
Ca2+ + 2 HCO3- → CaCO3
+ H2O + CO2
Kesadahan
tetap adalah besarnya kadar Mg2+ atau Ca2+ dalam air
sadah. Bila ditentukan jumlah kedua kation, maka dapat ditentukan kesadahan
tetap dan juga kesadahan parsial, yaitu kadar Mg2+ atau Ca2+
saja. Pada penentuan kesadahan contoh air sadah, diperlukan sedikit modifikasi
dari cara titrasi langsung Mg-Ca murni, karena air dari alam sering dijumpai
pengotoran oleh ion besi dan logam – logam lain. Bila digunakan EBT atau Calmagite sebagai indikator, maka akan
terjadi blocking indikator oleh ion besi karena bereaksi secara irreversibel.
Oleh karena itu digunakan buffer pH 10 yang dapat menyingkirkan ion besi
sebagai endapan (mengendapkan ion besi) bila jumlahnya kecil. Sedangkan bila
jumlahnya lebih banyak maka digunakan natrium sianida untuk mencegah gangguan
oleh ion besi maupun ion tembaga.
Kesadahan air dapat ditentukan dengan
titrasi kompleksometri. Larutan ion Mg2+ dan ion Ca2+ dititar dengan larutan EDTA dan digunakan
indikator EBT (Eriochrome
Black T). Pertama-tama EDTA akan bereaksi dengan ion Ca2+ ,kemudian dengan ion Mg2+ dan
akhirnya dengan senyawa rangkai Mg-EBT yang berwarna merah anggur. Titik akhir
pada pH 7-11, dengan adanya perubahan warna dari merah anggur menjadi biru yang
berasal dari larutan penunjuk yang bebas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar